Click here for Myspace Layouts
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
“Kiamat adalah hak prerogatif Tuhan, yang manusia tak akan mampu meramalkan dan menghindarinya. Yang pasti, kiamat adalah sebuah keniscayaan sebagai tanda akhir dari kehidupan umat manusia beserta seisinya.”
Gambaran ini sangat berbeda, sebagaimana yang diilustrasikan dalam film 2012 yang menggemparkan dan menghebohkan itu. Di mana pada bagian akhir film ternyata masih terdapat kehidupan. Sejumlah orang selamat dari kiamat dengan hanya berbekal menunggangi sebuah kapal buatan manusia. Hal yang sangat bertolak belakang dengan konsep kiamat secara teologis, yakni kehancuran seluruh umat manusia beserta seisinya yang waktunya merupakan rahasia Ilahi.
Ilustrasi kiamat seperti dalam film 2012 adalah konsep kiamat dari kacamata ilmiah atau science. Kiamat yang dimaknai sebagai kehancuran umat manusia yang bisa diramalkan secara ilmiah dengan melihat pada fenomena-fenomena alam yang ada. Di mana waktunya bisa dipercepat maupun diperlambat, tergantung kearifan manusia sebagai “khalifah” di bumi dalam mengelola dan memanfaatkannya.
Mengacu konsep kiamat yang kedua (menurut science) memang kiamat sudah dekat. Setidaknya berkaca dari membaca tanda-tanda alam yang terjadi. Salah satunya melihat adanya fenomena pemanasan global atau global warming.
Secara mudah, pemanasan global dapat diartikan sebagai peristiwa peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan bumi. Penyebab utamanya adanya efek rumah kaca, yakni terperangkapnya radiasi matahari yang seharusnya dipancarkan kembali ke angkasa luar namun tertahan oleh lapisan akumulasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer. Keberadaan gas rumah kaca berupa karbon dioksida, dinitrooksida, uap air, dan lainnya sebenarnya berperan penting dalam menahan sebagian cahaya matahari agar bumi tetap hangat dan tidak membeku untuk kemudian sebagian cahaya yang lain dipantulkan ke angkasa dalam bentuk radiasi. Akan tetapi, jumlah gas rumah kaca yang saat ini sudah diambang batas normal keberadaanya justru akan “memanggang” bumi.
Akibatnya , adalah terjadinya “kiamat” seperti tergambar dalam film 2012. Sebagaimana prediksi Gregory R dari Universitas Northwersten USA, yang menyebutkan, “Pemanasan global bisa menyebabkan ledakan gas metana yang besarnya 10.000 kali lipat daripada ledakan yang ditimbulkan seluruh nuklir di dunia. Juga dapat menyebabkan lautan api dan banjir yang mahabesar sehingga menyebabkan kepunahan 90 persen spesies laut dan 75 persen spesies darat.” Sungguh sebuah peristiwa yang tak bisa dibayangkan?
Sejauh ini, dampak pemanasan global sebagaimana laporan UNEP (badan PBB yang bergerak dalam masalah lingkungan hidup) tercatat dalam kurun 100 tahun terakhir rata-rata suhu bumi telah meningkat sebesar 0,6 derajat Celsius. Diperkirakan akan meningkat sebesar 1,4 sampai 5,8 derajat Celsius pada 2050. Kenaikan suhu ini berakibat pada mencairnya es di kutub dan menaikkan suhu lautan hingga volume dan muka air laut meningkat. Imbasnya, sekitar 2.000 pulau kecil di Indonesia diprediksi terancam lenyap. Formula 3M ala Aa Gym
Pemicu utama terjadinya global warming adalah efek rumah kaca yang bersumber dari emisi yang sebagian besar disumbang dari dunia industri dan transportasi berbahan baku fosil dari negara-negara maju. Satu negara maju seperti Amerika Serikat terbukti telah menyumbang 720 juta ton gas rumah kaca atau setara dengan 25 persen emisi total dunia. Lalu bagaimana dengan negara maju lainnya?
Oleh karena itu, guna menekan pemanasan global perlu adanya upaya mereduksi emisi. Daripada sekadar menunggu kebijakan besar namun miskin aksi, seperti halnya konferensi iklim di Kopenhagen lebih baik kita memulainya secara nyata dengan formulasi sederhana ala Aa Gym dengan 3 M-nya, mulai dari yang kecil, dari diri sendiri dan dari saat ini.
Hal kecil seperti mengurangi konsumsi terhadap daging bisa menjadi solusinya. Sebab emisi CO2 daging ternyata jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan emisi sumber lain. Seekor sapi saja mengeluarkan emisi CO2 yang jumlahnya sama dengan kendaraan yang bepergian sejauh 70.000 km. Upaya lain adalah dengan minimalisasi penggunaan energi berbahan dasar fosil, hemat energi, penghijauan, maupun pengoptimalan penggunaan energi alternatif yang ramah lingkungan.
Copyright © 2008 izzuddin assyafi'i
Design inspired by Styleshout | Blogger Templates by Templates Block
0 komentar:
Posting Komentar